Jakarta,15 Desember 2023,- Dua puluh dua tahun mendatang, pada 2045, Indonesia merdeka akan memasuki usia emas karena genap berusia 100 tahun. Pada tahun tersebut generasi saat ini yang tengah mengenyam pendidikan sekolah menengah dan pendidikan tinggi ssekaaligus sebagi bonus demografi Indonesia, akan menjadi pengambil keputusan strategis di berbagai level kepemimpinan dan berbagai sektor. Mereka adalah generasi emas yang tengah dipersiapkan memimpin Indonesia Emas 2045.
“Indonesia harus dapat memastikan pada usia emas Indonesia Merdeka pada 2045 lingkungan di Indonesia masih berkualitas untuk dihuni generasi mendatang meskipun terjadi perubahan iklim. Dengan demikian generasi saat ini harus total football untuk bergerak mencegah dan beradaptasi dengan perubahan iklim melalui kolaborasi dengan berbagai bidang keahlian dan sektor kegiatan”. Kata Prof Emil Salim.
Emil Salim, menyampaikan agar generasi saat ini untuk menjaga keberlanjutan Indonesia pada 2045 dan seterusnya. Dan mengajak seluruh elemen untuk berkontribusi signifikan dalam komitmen Indonesia menjalankan program mitigasi dan adaptasi dengan berkolaborasi bersama pemerintah, dunia usaha, pendidikan dan civil society lainnya. Mempersiapkan sumber daya manusia Indonesia untuk dapat melakukan mitigasi dan adaptasi di tengah perubahan iklim menjadi tugas besar yang harus diselesaikan.
Amalia Salim, Sebagai Ketua Yayasan ESI, menyampaikan Fenomena perubahan iklim semakin menunjukkan bertambahnya tingkat keparahan dan perluasan kejadian ekstrem sebagai akibat dari pemanasan global. Perubahan iklim yang terjadi saat ini merupakan suatu fenomena baru yang belum pernah terjadi sebelumnya. Selain itu, pada masa mendatang diprediksi bahwa fenomena perubahan iklim seperti gelombang panas, curah hujan yang berlebihan, kekeringan, dan badai akan semakin meningkat frekuensinya dan semakin meluas seiring dengan berjalannya waktu. Dunia dihadapkan pada tantangan untuk dapat mengurangi tingkat keparahan dan risiko perubahan iklim oleh berbagai sektor.
“Sektor energi sendiri memiliki peran yang sangat signifikan dalam mengurangi emisi GRK sebagai penyebab perubaha iklim tersebut. International Energy Agency (2020) melaporkan bahwa pada tahun 2019, sektor energi menyumbang emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sekitar 37 GtCO2e secara global. Dari jumlah tersebut, pembakaran bahan bakar menghasilkan sebesar 34 GtCO2e atau 40% dari total emisi GRK di seluruh dunia. Gangguan terhadap sektor energi tersebut tentu saja akan menurunkan tingkat ketahanan energi suatu negara. Di sisi lain, ketahanan energi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan perwujudan Sustainable Development Goals (SDG) Tujuan 7 yaitu energi yang terjangkau dan bersih untuk semua generasi baik saat ini maupun akan datang. Pemanfaatan energi bersih berbasis sumber daya alam setempat akan menciptakan ketahanan ekonomi melalui ketersediaan energi yang berkelanjutan”. Kata E Kurniawan Padma, Selaku President Director Emil Salim Institute.
Rosdinal Salim, selaku Panitia Pengarah ICCF #1 2024, mengungkapkan forum ini menjadi ruang yang strategis untuk memberikan pemahaman terkait isu-isu perubahan iklim dan akhirnya dari pemahaman bersama yang dimiliki akan dihasilkan kesepakatan kesepakatan bersama sebagai upaya tindakan nyata dalam melakukan upaya-upaya pengurangan resiko perubahan iklim dalam tindakan pembangunan baik bersifat lokal maupun global, termasuk tentunya tindakan Indonesia dalam mengatasi perubahan iklim yang saat ini dampaknya sudah sama-sama dirasakan.
Kegiatan Inddonesia Indddonessia Climate Change Forum 2023 ini menghadirkan para naras sumber yang berasal dari berbagai kalangan baik pemerintah seperti Kementerian ESDM, BMKG, operator Energi Baaru daan Terbarukan serta praktisi penggiat pengembang energi baru terbarukan baik skala besar maupun skala kecil, sementara peserta yang mengikuti kegiatan hadir dari berbagai kalangan, baik pemerintah, perguruan tinggi, korporasi dan tentunya civil society.
Indonesia Climate Change Forum #1 2023, dengan tema Transisi Energi dan Energi Baru Terbarukan, menghasilkan Butir-Butir Resolusi sebagai kesepahaman dari forum yang dilaksanakan, meliputi : Pertama. Saat ini Indonesia dianugerahi bonus demografi, dimana jumlah penduduk yang berusia produktif lebih banyak dibandingkan penduduk non-produktif. Namun demikian di sisi lain, kualitas pendidikan di Indonesia masih rendah. Berdasarkan Pisa Literasi Sains, pada Tahun 2018 Indonesia berada pada peringkat 71 dari 79 negara. Oleh karena itu, kamu harus serius dalam meningkatkan kualitas pendidikannya agar peringkat tersebut naik menjadi TOP 10. Kedua. Dunia dan Indonesia sedang mengalami perubahan iklim. Dampak yang ditimbulkan dari perubahan iklim antara lain suhu udara meningkat, bergesernya musim, permukaan air laut meningkat, krisis pangan, dan meningkatnya karbonisasi. Maka, diperlukan untuk menghadapi perubahan iklim tersebut dengan mengurangi emisi gas CO2 dengan cara beralih dari penggunaan bahan bakar fosil ke bahan bakar ramah lingkungan agar tercapai Indonesia Emas yang lestari pada tahun 2045, yang juga bertepatan dengan 100 tahun Indonesia Merdeka. Tiga. Krisis lingkungan sedang di bumi ini akibat dampak dari perubahan iklim. Hadapi tantangan tersebut dengan penguatan kemampuan otak melalui keilmuan dan teknologi, yang mampu menjadi solusi dalam mengurangi emisi CO2. Upaya yang dilakukan berupa Green Transformation dan Accelerate Innovation. Keempat. Melakukan aksi kolaborasi seluruh stakeholder termasuk unsur masyarakat berbulat tenaga untuk membawa Tanah Air Indonesia agar selamat dari perubahan iklim. Sehingga, tercapai Indonesia yang makmur, sejahtera, dan mandiri.