Kalimat Lafran Pane ini punya daya magis kuat. Ucapan ini menjadi spirit dan perekat organisasi Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI). Selama 77 tahun HMI-berdiri pada 5 Februari 1947 (15 Rabiul Awal 1366 Hijriah) – telah menjadi organisasi mahasiswa Islam yang mampu memberikan sumbangsih besar dalam menegakkan Indonesia.
Dua nilai agung yang tertanam dalam ruh HMI, yakni nilai kebangsaan dan keislaman, menjadi jalan bagi terwujudnya Islam yang rahmatan lil ‘alamiin. Wajah Islam yang ramah, toleran, serta menjunjung tinggi persatuan dan perdamaian. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang diprakarsai Lafran Pane, kini telah berubah menjadi organisasi kemahasiswaan Islam yang besar dan telah melahirkan banyak pemimpin nasional. Film Lafran ini menjadi pengingat dari visi perjuangan Lafran Pane.
Majelis Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (MN KAHMI) bersama rumah produksi Reborn Intiatives dan Radepa Studio mengangkat cerita perjuangan Lafran Pane dalam memprakarsai pendirian organisasi mahasiswa yang berazaskan ke-Islaman dan ke-Indonesiaan dalam menghadapi dinamika sosial politik di masa awal kemerdekaan. Dan hingga saat ini pemikiran Lafran Pane masih sangat relevan dan aktual dengan situasi yang dihadapi umat dan bangsa.
Film berjudul Lafran ini diproduksi sebelum masa pandemi tahun 2020. Setelah pandemi berakhir, KAHMI, Reborn Initiatives dan Radepa Studio menuntaskan seluruh produksi biography pictures (bio- pict) LAFRAN. Tahun 2024 menjadi momentum tepat untuk merilis film LAFRAN. Film ini bisa menjadi inspirasi dalam upaya terus menerus menyatukan seluruh komponen bangsa setelah hajatan Pemilu 2024.
PERTUNJUKAN Khusus Film LAFRAN di Februari 2024, selain menjadi kado istimewa di peringatan milad Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI), sekaligus menjadi rangkaian promosi film sebelum rilis tahun 2024. Pertunjukan Khusus Film LAFRAN juga dimaksudkan untuk menyegarkan kembali semangat perjuangan Lafran Pane untuk mengedepankan semangat persatuan dan kebangsaan di tahun politik ini.
“Kami berterima kasih sekali kepada banyak pihak yang telah menuntaskan produksi film LAFRAN hingga siap rilis di tahun 2024. Kami ingin agar HMI dan organisasi kepemudaan selalu memegang teguh semangat perjuangan Lafran Pane,” ungkap Ahmad Doli Kurnia, Ketua Presidium MN KAHMI. Doli menbamahkan arus utama ke-Islaman yang terbuka, toleran, modern, dan menghargai perbedaan menjadi keinginan Lafran Pane Ketika mendirikan HMI di tahun 1947.
“Ide pembuatan film LAFRAN ini berawal dari keinginan Bang Akbar Tandjung, tentang pentingnya peran HMI dan organ-organ pendukungnya kembali memperjuangkan cita-cita dan gagasan Lafran Pane tentang keindonesiaan yang menyatukan. Film LAFRAN ini menjadi ‘pemanggil untuk mereka mereka-mereka yang pernah merasa sebagai kader HMI, datang dan menyaksikan film Lafran ini,” ungkap Dr. Arief Rosyid Hasan, Produser Eksekutif film Lafran.
PERTUNJUKAN Khusus Film LAFRAN yang berlangsung pada 5 Februari 2024 ini menjadi kick-off atau awal dari acara-acara pemutaran film secara khusus yang diselenggarakan MN KAHMI bersama rumah produksi Radepa Studio. Sebelum dirilis secara nasional, film LAFRAN akan road-show pertunjukan khusus di 30 kota di Indonesia.
So, nantikan film biografi LAFRAN yang sangat inspiratif, memotivasi dan sangat menghibur di kota- kota yang sudah dijadwalkan setelah pemutaran awal ini.
Perbarui terus info filmnya dan jangan lewatkan pertunjukan khusus film LAFRAN!
Sinopsis film LAFRAN
Lafran, ditinggal dua perempuan tercinta, Ibunya meninggal saat Lafran berusia dua tahun. Berikutnya, neneknya. Kehilangan dua ‘ibu’ bagi Lafran seperti kehilangan kemudi. Ayahnya, Sutan Pangurabaan tokoh pergerakan di Sumatera Utara terlalu sering berpergian hingga Lafran harus tinggal bersama kakaknya.
Di usia muda itulah, Lafran jadi pemberontak terhadap kondisi ketidakadian yang menuntut ia harus pindah ke berbagai sekolah. Lafran bahkan sempat jadi petinju jalanan, Kakaknya lah, Sanusi dan Armijn Pane, yang mendorong Lafran agar energi pemberontakkannya dimanfaatkan dalam bentuk karya.
Perjalanan Lafran dari Tapanuli Selatan (Sipirok) ke Jakarta hingga Yogyakarta mewarnai perubahan cara pandang Lafran dalam berjuang. Idealismenya menguat, prinsip hidup semakin tak tergoyahan, Lafran Pane menyimpan visi besar dalam memperjuangkan keindonesiaan.
Saat pendudukan Jepang, Lafran sempat ditahan karena membela para peternak sapi. Dia dibebaskan, setelah ayahnya menebus dengan menyerahkan bus Sibual-buali kepada tentara Jepang. Sejak itu, Lafran begitu antusias terlibat dalam berbagai arus gerakan kemerdekaan termasuk para pemuda yang mendorong Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI.
Semasa kuliah di Yogyakarta, Lafran gundah oleh keberadaan kaum muslim terpelajar yang terlalu larut dalam pemikiran sekular. Mereka sering melupakan ibadah utama. Maka, muncullah gagasan mendirikan Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI), yang berjuang dalam bingkai keislaman dan keindonesiaan.
Awalnya tidak ada yang mudah, dalam arus politik aliran yang sangat kencang saat itu, keberadaan HMI justru ditentang oleh organisasi massa Islam yang sudah ada. Resistensi juga dilakukan gerakan kelompok sosialis.
Dari semua pertentangan dan gesekan yang dihadapi, Lafran berketepatan hati menegakkan HMI.